Sejarah Desa

Sejarah ini berawal dari sekelompok orang yang tidak tahu asal muasalnya yang bermukim disebelah selatan desa wangun, konon sekelompok orang tersebut dipanggil dengan sebutan orang kalang (WONG KALANG) yang aktivitas sehari-harinya dagang yang terkenal dengan kendaraannya adalah cikar. Setelah bermukim hingga aktivitas berjalan lancar, kemudian wong kalang punya gagasan ingin membuat suatu wangunan yang akhirnya terlaksana juga yaitu berbentuk bambu keliling disebelah utara pemukimanya, tanaman bambu tersebut untuk pagar desa yang zaman dahulu disebut pagar dada.

Setelah sukses menanam bambu (pagar dada) tersebut, suatu ketika datanglah seorang janda, konon menurut cerita punya anak 1 (satu) laki-laki dan menempati disekeliling wangunan tersebut. Janda itu konon dikenal mempunyai kelebihan, orang menyebutnya sakti mondroguno. Dalam kehidupan sehari-hari janda tersebut babat
tanah yang masih berupa semak belukar disekitar wangunan, dikemudian hari sanak saudaranya banyak yang mengikuti janda tersebut, dan memanggilnya dengan sebutan Mbok nyai (Ibu Nyai).

Suatu ketika hasil babatan semak belukar dibakar oleh Mbok Nyai dan sanak saudaranya dan beliau melantangkan suaranya Bahwa dimanapun saja bumi yang kejatuhan latu (abu api) tersebut akan menjadi milik (wilayah) nya. Setelah mendengar suara Mbok Nyai begitu, Orang kalang merasa kalah sakti hingga akhirnya mereka
memilih pergi untuk melanjutkan dagang dan meninggalkan wangunan dan menyerahkan kepada Mbok Nyai.

Pada suatu ketika Mbok Nyai bersama kerabatnya menelusuri abu api hasil bakaranya, maka ditemukanlah wilayah yang sangat luas akhirnya beliau ingat kata wangunan dari orang kalang sehingga beliau menyebut wilayah tersebut dengan nama Wangun selanjutnya beliau tinggal dan menetap diwilayah tersebut hingga akhir
hayatnya. Ketika meninggal dunia beliau dimakamkan di Ngogri, pada jaman tersebut makamnya dibuatkan rumah yang mana masyarakat menyebutnya cungkup krepyak dan seiring berjalanya waktu tanah tersebut menjadi pemakaman umum.